Mengenal Kembali Empal Godong Jati, Kuliner Banyumas yang Mulai Terlupakan di Tempat Asalnya Sendiri
Pagi-pagi, terutama di akhir pekan memang paling enak dan pas untuk berolahraga bersama keluarga, menikmati udara sejuk, tidak lupa sambil hunting kuliner untuk sarapan tentunya, hehe... Jika anda warga sekitar Ajibarang, terutama disekitar Taman Kota Ajibarang, pasti sudah tidak asing lagi dengan berbagai penjual kuliner di pagi hari yang ada di sekitar 'bekas pasar lama' tersebut. Satu kuliner yang langsung menyita perhatian kami adalah sebuah kuliner tradisional khas Ajibarang-Banyumas yang dijajakkan di kios kecil depan Mesjid Besar At-Taqwa Ajibarang, namanya Empal Godong Jati & Kupat Janur.
Dari namanya sudah membuat kami penasaran akan kuliner tersebut. Tanpa berpikir panjang, kami pun langsung membeli Empal Godong Jati itu. Rasa penasaran kami pun kemudian memancing kami untuk mengulik sejarah kuliner tradisional yang sempat terkenal di era 70 - 90an ini. Pak Wawan, pemilik kedai yang menjual Empal Godong Jati tersebut, dengan senang hati menceritakan sejarah yang ia tahu tentang EGJ, sebutan gaul untuk kulinernya - Empal Godong Jati.
![]() |
Kedai Empal Godong jati & Kupat Janur Pak Wawan Ajibarang |
Awal mula kuliner EGJ ini belum diketahui secara pasti sejak kapan munculnya dan siapa yang pertama kali membuatnya. Namun kepopuleran EGJ di masyarakat Ajibarang, berawal dari ragam kuliner tradisional Banyumas yang menjadi favorit masyarakat pada tahun 70-an di saat itu, seperti Kupat Kapen, Empal Jasiyem, Gorengan Kipuk, Ranjem Walem, dan Bintul Nuji. Sampai saking terkenal dan istimewanya, kuliner - kuliner tersebut sempat menjadi tembang, lagon atau slang yang populer saat itu, "Kupat kapen empal jasiyem gorengan kipuk nyamleng ranjem walem bintul nuji ewa-ewa" , di masa itu lagon tersebut sering ditembangkan oleh anak-anak kecil maupun para orang tua yang ndolani anaknya, bahkan saking uniknya lagon tersebut, banyak yang menganggapnya sebuah aji-aji, mantera, atau do'a orang-orang sepuh jaman dulu, hehe..
(Sumber : "Jajanan Asli Banyumas", postingan dari Blog "Guru Priatin Ajibarang", Selasa, 11 Februari 2014 : http://ardiantidlo.blogspot.co.id/2014_02_01_archive.html )
Diantara kuliner-kuliner tersebut, ada kuliner yang menjadi salah satu makanan terenak dan digandrungi oleh masyarakat, tidak lain adalah EGJ itu sendiri yang pada saat itu lebih dikenal dengan nama Empal Jasiyem. Nama Jasiyem sendiri merujuk kepada nama si penjual Empal tersebut. Konon, waktu itu Empal dibuat tidak sengaja dari sisa daging, jeroan, ataupun kikil (kulit) yang tidak laku. Mengingat saat itu tidak ada kulkas ataupun freezer, dan takut daging sisanya busuk lalu mubazir, dibuatlah empal dari sisa daging dan kikil tersebut. Siapa sangka Empal Jasiyem atau EGJ bisa populer sejak saat itu dan bahkan menjadi makanan wajib buat pendamping plesiran atau liburan pada saat itu. Kalo ke Pantai Logending, atau ke Baturraden misalnya, nggak mbekal EGJ rasanya nggak Afdol, tutur Pak Wawan.
EGJ sendiri seperti 'Rendang' khas-nya orang Banyumas yang dibuat dengan bahan dasar daging, jeroan, ataupun kikil / kulit kambing, dengan tekstur daging yang empuk dan kenyal, serta dengan bumbu yang buket / kental. Ciri yang paling unik dan menonjol dari EGJ sendiri adalah pengemasannya yang dibungkus dengan Godong / daun jati, sehingga menghasilkan aroma yang khas. Biasanya EGJ ini paling pas disajikan untuk sarapan pagi dan paling ideal dinikmati dengan pasangananya, kupat janur atau ketupat. Pokoknya kalo orang Banyumas bilang, EGJ Nylekamin pisan!! alias nikmat banget.
Sejak kepopulerannya dari tahun 70 hingga 90-an, kini EGJ semakin hari perlahan semakin berkurang peminatnya, yang menjualnya pun semakin sedikit, bahkan langka untuk saat ini. Hal ini disebabkan semakin minimnya peminat, dan kurangnya upaya kita untuk mengenalkan budaya, terutama kuliner tradisional Banyumas kepada generasi penerus kita di tengah pergeseran budaya ke arah modernisasi seperti saat ini. Kelak penerus kita nanti tidak akan tahu apa itu Ranjem, apa itu Kepok, Bintul, bahkan Empal Godong Jati ini, jika kita tidak mengenalkannya sendiri sedari dini. Dan itupun telah terjadi saat ini, terbukti banyak diantara kita yang notabene warga asli Banyumas, malah tidak mau dan tidak tahu kuliner seperti EGJ ini. Nasibnya kini seperti terbuang dan terlupakan di tempat asalnya sendiri. Jika bukan kita yang tahu dan mengenal ragam budaya serta kuliner tradisional Banyumas, lantas siapa yang akan melestarikan dan meneruskan itu semua ke generasi berikutnya?
Ada Satu nama pembuat EGJ yang cukup populer di kawasan Ajibarang yang eksis hingga sekarang, namanya Bapak Edi Bakyam, dan EGJ produksi Bpk. Edi Bakyam inilah yang dititipkan dan dijual di kedai Tamkot Pak Wawan hingga saat ini. Selain EGJ buatan Bpk. Edi Bakyam, Pak Wawan juga mensuplai EGJ dari beberapa pembuat Empal lokal, namun kebanyakan tidak dibungkus dengan Godong atau daun jati, melainkan menggunakan kemasan plastik, sedang empal yang masih orisinil dibungkus daun jati tidak lain dan tidak bukan adalah EGJ Bpk. Edi Bakyam.
Ada Satu nama pembuat EGJ yang cukup populer di kawasan Ajibarang yang eksis hingga sekarang, namanya Bapak Edi Bakyam, dan EGJ produksi Bpk. Edi Bakyam inilah yang dititipkan dan dijual di kedai Tamkot Pak Wawan hingga saat ini. Selain EGJ buatan Bpk. Edi Bakyam, Pak Wawan juga mensuplai EGJ dari beberapa pembuat Empal lokal, namun kebanyakan tidak dibungkus dengan Godong atau daun jati, melainkan menggunakan kemasan plastik, sedang empal yang masih orisinil dibungkus daun jati tidak lain dan tidak bukan adalah EGJ Bpk. Edi Bakyam.
Upaya pelestarian kuliner EGJ ini yang Pak Wawan tekuni hingga saat ini, agar kuliner yang mulai terlupakan ini kembali dikenal dan populer di masyarakat Banyumas. Dan Alhamdulillah, upayanya mendapat respon yang baik dari masyarakat sekitar, hal tersebut dibuktikan dari banyaknya peminat EGJ ini. Bayangkan saja, EGJ & Kupat Janur yang dijual di kedai Pak Wawan, yang buka mulai sehabis Subuh hingga jam 09.00 pagi ini, biasanya sudah ludes terjual di jam 07.00-08.00 pagi, sehingga banyak pembeli yang tidak kebagian EGJ tersebut, dan bahkan banyak yang dari pelanggan tetapnya memesan terlebih dahulu EGJ ini sebelum kedai Pak Wawan buka.
Untuk EGJ yang dijual di kedai Empal Godong Jati & Kupat Janur milik Pak Wawan ada 3 jenis, EGJ kikil, jeroan, dan daging. Untuk 1 porsi EGJ kikil + 2 kupat janur, hanya dibanderol dengan harga Rp.6.000,- saja, sedangkan 1 porsi EGJ Jeroan dan EGJ daging + 2 kupat janur, masing-masing dibanderol dengan harga Rp. 7.000,- & Rp. 9.000,- per porsinya. Harga yang cukup murah dan terjangkau untuk sekelas kuliner yang sudah langka dan melegenda di Banyumas ini. Selain EGJ, beragam kuliner tradisional khas Banyumas dan kuliner lainnya pun tersedia juga di sini.
Jadi buat Sobat Jajandolan yang barangkali lewat, atau sedang berolahraga di sekitar Taman Kota Ajibarang dan ingin mencicipi kuliner yang satu ini, nggak ada salahnya mampir ke kedai Pak Wawan di pagi hari. Kuliner EGJ ini sangat direkomendasikan buat Sobat Jajandolan, dan siapa tahu sobat beruntung untuk sempat mencicipi EGJ ini sebelum kehabisan. Hehe..
ARTIKEL INI MERUPAKAN ARTIKEL LAMA & UPDATE TERBARU MENGENAI INFORMASI TEMPAT , KULINER, MAUPUN PRODUK BELUM DIPERBAHARUI LAGI KEBERADAANNYA SEKARANG. DAN JIKA ADA, AKAN DIUPDATE PADA ARTIKEL DI POSTINGAN TERBARU SETELAH DIKETAHUI KEBERADAANNYA OLEH JAJANDOLAN.